
Drs. Setya Novanto, Ak. (lahir di Bandung, 12 November 1954; umur 61 tahun[2]) adalah politikus asal Jawa Barat, Indonesia yang diusung oleh Partai Golkar.[3] Ia menjabat Ketua DPR RI periode 2014 - 2019 dan telah menjadi anggota DPR RI sejak 1999 hingga masa jabatan 2019 (tanpa putus) sebagai perwakilan Golkar dari dapil Nusa Tenggara Timur Dua, yang meliputi wilayah Pulau Timor, Rote, Sabu, dan Sumba.[3] Namun pada tanggal 16 Desember 2015, Ia mengundurkan diri dari jabatannya sebagai Ketua DPR RI terkait kasus pencatutan nama Presiden RI Joko Widodo dalam rekaman kontrak PT. Freeport Indonesia.[4] Ia juga menjabat sebagai Ketua Fraksi Golkar periode 2009-2014.[5]
Riwayat hidup
Awal kehidupan dan pendidikan
Setya Novanto lahir pada 12 November 1955 di Bandung, Jawa Barat dari pasangan Sewondo Mangunratsongko dan Julia Maria Sulastri.[6] Pada tahun 1967, ia meninggalkan Bandung dan bermukim di Jakarta dan melanjutkan sekolah dasarnya di SD Negeri 6 Jakarta. [7][8] Orang tuanya bercerai saat ia masih duduk di Sekolah Dasar.[2] Di Jakarta ia menempuh pendidikan di SMPN 73 Tebet, Jakarta Selatan.[8]Ia kemudian melanjutkan pendidikan menengah di SMA 9 (kini disebut SMAN 70)[8]Pada masa SMA ia bertemu dengan Hayono Isman (mantan Menteri Pemuda dan Olahraga kabinet Presiden Soeharto) yang dikemudian hari menjadi titik tolak upaya politiknya.[3] Selepas SMA ia melanjutkan kuliah di Universitas Katolik Widya Mandala, Surabaya. [6]Pendidikan tinggi dan pekerjaan awal
Saat kuliah di Universitas Katolik Widya Mandala, Surabaya, Setya dinyatakan memiliki banyak pekerjaan selama bermukim di kota tersebut. Ia mulai dari berjualan beras dan madu modal Rp82.500 dan memulai dengan kulakan tiga kuintal beras hingga bisa berjualan beras sampai dua truk yang langsung diambil dari pusatnya di Lamongan.[9] Saat itu ia juga punya kios di pasar Keputren, Surabaya namun usaha tersebut tak bertahan lama dan predikat juragan beras ditanggalkannya karena mitra usahanya mulai tidak jujur.[9] Ia mendirikan CV Mandar Teguh bersama putra Direktur Bank BRI Surabaya, Hartawan, dan pada saat yang sama ia ditawari bekerja menjual mobil salesman Suzuki untuk Indonesia Bagian Timur. Ia mengiyakannya dan memilih membubarkan CV yang didirikannya. Berkat kepiawaiannya menjual, pada usia 22 tahun dan Setya tercatat sebagai mahasiswa Jurusan Akuntansi Universitas Widya Mandala Surabaya yang menjadi Kepala Penjualan Mobil untuk wilayah Indonesia Bagian Timur.[9] Setya pun pernah menjadi model, dan terpilih jadi pria tampan Surabaya (1975)[6]. Dimasa masa ini Setya Novanto dikenal sebagai orang yang ulet dan banyak sahabat. [6]Selepas kuliah di Widya Mandala, Setya bekerja untuk PT Aninda Cipta Perdana yang bergerak sebagai perusahaan penyalur pupuk PT Petrokimia Gresik untuk wilayah Surabaya dan Nusa Tenggara Timur.[3] PT Aninda dimiliki oleh Hayono Isman, teman sekelas Setya di SMA Negeri 9 Jakarta. [3] Pertemanan dengan Hayono Isman inilah yang menjadi awal mula persinggungan Setya dengan dunia politik.[3] Kembali ke Jakarta di tahun 1982, Setya meneruskan kuliah jurusan akuntansi di Universitas Trisakti. [3] Selama kuliah ia tinggal di rumah teman dan atasannya, Hayono, di Menteng, Jakarta dan tetap bekerja di PT Aninda Cipta Perdana.[3] Selain menjadi staf, ia juga mengurus kebun, menyapu, mengepel, hingga menyuci mobil dan menjadi sopir pribadi keluarga Hayono. [7] [3] Semasa kuliah Setya diingat oleh temannya sebagai seseorang yang rapi dan rajin, namun minim kegiatan sosial dan politik saat mahasiswa.[8] Sebagai pengusaha, ia dikenal sebagai salah satu binaan konglomerat Sudwikatmono dan oleh Sudwikatmono, Setya diakui memiliki kemampuan lobi diatas rata rata walaupun kurang matang. [9] Dalam wawancaranya dengan tabloid SWA ditahun 1999 Setya mengaku,“ | Sudwikatmono adalah pembina usaha saya, Hayono Isman membina saya dalam politik, dan Wismoyo Arismunandar membina wawasan pengabdian pada bangsa dan negara.[9] | ” |
Bisnis dan politik
Setya memulai kiprahnya di bidang politik sebagai kader Kosgoro ditahun 1974.[9] Ia menjalin kedekatan erat dengan Hayono Isman yang telah dikenalnya ketika sama-sama menjadi siswa SMA IX Jakarta.[9]Setya Novanto terpilih dalam pencalonan Ketua DPR RI Periode 2014 - 2019 dari Partai Golkar. Pada tanggal 2 Oktober 2014, ia terpilih sebagai Ketua DPR RI.[10][11]
Kehidupan pribadi
Setya menikah dengan Luciana Lily Herliyanti, putri dari Brigadir Jenderal Sudharsono (mantan Wakil Kepala Kepolisian Daerah Jawa Barat). Dari pernikahan ini ia memiliki dua anak yaitu Rheza Herwindo dan Dwina Michaella.[3][7] Ia kemudian bercerai dengan Luciana Lily dan menikah dengan Deisti Astriani Tagor dan memiliki dua anak yaitu Giovanno Farrel Novanto dan Gavriel Putranto. [7] Deisti mengaku bahwa suaminya begitu sibuknya sehingga saat saat bersama yang mereka rutin lakukan adalah berdiskusi di kamar mandi.[12]Karena ditempat lain ia kerap menerima tamu dan telpon.[12]Kontroversi
Bank Bali
Pada tahun 2001, Setya Novanto menjadi salah satu saksi persidangan kasus hak piutang (cessie) PT Bank Bali kepada Bank Dagang Nasional Indonesia (BDNI).[13][14][15]KTP Elektronik
Nama Setya Novanto pernah disebut oleh mantan Bendahara Umum Partai Demokrat Muhammad Nazaruddin sebagai salah satu pengendali proyek dalam kasus e-KTP.[13] Setya ikut terseret dalam kasus pengadaan paket penerapan Kartu Tanda Penduduk berbasis nomor induk kependudukan secara elektronik (e-KTP) untuk tahun anggaran 2011-2012, salah satu proyek Kementerian Dalam Negeri.[13] Dalam kasus ini, Nazaruddin menyebutkan ada aliran dana yang mengalir ke sejumlah anggota DPR salah satunya Setya Novanto. Setya diperkirakan menerima Rp300.000.000.000,00 dari proyek e-KTP.[13]PON XVII
Setya Novanto pernah diperiksa terkait perkara suap pembangunan lanjutan tempat Pekan Olahraga Nasional XVII.[13] Ruang kerja Setya Novanto juga digeledah oleh Penyidik KPK pada 19 Maret 2013.[13] Tersangka dalam kasus itu adalah mantan Gubernur Riau Rusli Zainal.[13]Kasus Freeport
Riwayat pendidikan
- Universitas Trisakti Jakarta, Fakultas Ekonomi, Jurusan Akuntansi Management (1983[2]
- Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya, Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi (1979)[2]
- SMA Negeri 9 Jakarta (1970 - 1973)[2]
- SMP Negeri 73 Tebet Jakarta (1967 - 1970)[2]
- SD Negeri 5 Bandung[2]
- TK Dewi Sartika Bandung[2]
Riwayat pekerjaan
- PT. Nagoya Plaza Hotel, Batam-Presiden Komisaris (1987 - 2004)[2]
- PT. Dwisetia Indo Lestari, Batam-Komisaris (1987 - 2004)[2]
- PT. Bukit Granit Mining Mandiri, Batam-Komisaris (1990 - 2004)[2]
- PT. Orienta Sari Mahkota-Komisaris (1992 - 2003)[2]
- PT. Menara Wenang, Jakarta-Komisaris (1992 - 2003)[2]
- PT. Solusindo Mitra Sejati, Jakarta-Komisaris (1992 - 1996)[2]
- PT. Dwimarunda Makmur, Jakarta-Direktur (1992 - 2000)[2]
- PT. Bogamakmur Arthawijaya, Jakarta-Komisaris (1996 - sekarang)[2]
- Founder Tee Box Cafe, Jakarta (1996 - sekarang)[2]
- NOVA GROUP, Jakarta- Presiden Komisaris (1998 - 2004)[2]
- PT. Mulia Intan Lestari, Jakarta-Presiden Direktur (1999 - 2000)[2]
- Anggota DPR-RI dari Partai Golkar (1999 - 2004, 2004 - 2009, 2009 - 2014, 2014 - 2019)[2]
- Badan Anggaran DPR-RI
- Ketua Fraksi Partai Golkar (2009 - sekarang)[2]
- Ketua DPR-RI (2014 - 2016)[4].
BIOGRAFI
Ia duduk di kursi wakil rakyat selam tiga periode berturut-turut.
Ia juga seorang pengusaha sukses yang mempunyai banyak perusahaan di
Batam dan Jakarta. Siapa sangka kesuksesan itu berawal dari garis
kemiskinan orang tuanya yang bercerai sejak ia duduk di bangku Sekolah
Dasar.
Namanya Setya Novanto. Pria yang akrab disapa Setya ini memulai perjalanan hidupnya sebagai pengusaha kecil-kecilan saat ia duduk di bangku kuliah dan hidup terpisah dengan kedua orang tua serta saudaranya. Setya memulai bisnisnya dengan berjualan beras dan madu di Surabaya. Saat itu, ia berupaya untuk menjaga kelangsungan hidup di kota orang agar bisa terus kuliah dan menjadi orang sukses seperti yang ia citakan. Tak hanya itu, Setya juga bekerja sebagai sales di sebuah dealer penjualan mobil di tengah kesibukan kuliahnya. Kepiawaiannya dalam memasarkan produk membuat pemilik dealer mempercayainya sebagai Kepala Penjualan Mobil di seluruh wilayah Indonesia Timur.
Kembali ke Jakarta, Setya yang telah meraih gelar sarjana muda melanjutkan pendidikannya di Universitas Trisakti. Namun, modal yang ia dapatkan saat bekerja di dealer mobil habis digunakan untuk membayar biaya pendaftaran kuliah. Ia pun memutar otak untuk menjalankan bisnis kembali dengan membuka kios fotokopi di dekat kampus.
Di sinilah bakat bisnis pria kelahiran 12 November 1954 dimulai. Berkat kejujuran, kerja keras serta keuletannya, Setya mulai mengembangkan bisnis yang diawali dengan perkenalannya pada ayah dari salah seorang teman. Ia diminta untuk mengembangkan bisnis SPBU di daerah Cikokol, Tangerang yang kemudian berhasil ia kembangkan dan sukses. Tak berapa lama kemudian, bersama teman-temannya ia mulai mendirikan perusahaan yang bergerak di bidang peternakan. Kesuksesan demi kesuksesan akhirnya ia raih.
Ia tak hanya mengelola perusahaan peternakan, tetapi juga mulai mengembangkan bisnis lain yang berhasil ia dapatkan dari hasil negosiasi. Tak lama berselang ia mulai membangun perusahan yang bergerak di bidang transportasi dan perdagangan. Rupanya kesuksesan demi kesuksesan berhasil ia raih berkat kegigihan dan tekadnya untuk menjadi orang sukses. Sampai kini, banyak perusahaan yang berhasil ia bangun dan kembangkan. Tentunya dengan berbagai jatuh bangun, ia lebih memilih untuk bangun dan memulai kembali.
Berhasil menjadi pengusaha sukses membuat ayah dari empat anak ini ingin mencoba terjun pada dunia lain. Akhirnya dunia politik yang ia pilih. Bermula dengan membuat buku tentang mantan presiden Soeharto saat itu, ia bersama teman-temannya menerbitkan buku berjudul "Manajemen Soeharto". Namun, buku tersebut dilarang beredar pasca bentrokan Mei 1997.
Merasa tertarik dengan dunia politik, Setya mulai bergabung dengan Organisasi Bahumas Kosgoro dan PPK Kosgoro 1957, menjadi anggota Partai Golkar, aktif di kepengurusan KONI serta organisasi kemasyarakatan lainnya. Kini, Setya tak hanya menjadi pengusaha sukses, karena kiprahnya di dunia politik pun kian teruji ketika ia berturut-turut menjadi anggota DPR-RI selama tiga periode.
Oleh: Atiqoh Hasan
Namanya Setya Novanto. Pria yang akrab disapa Setya ini memulai perjalanan hidupnya sebagai pengusaha kecil-kecilan saat ia duduk di bangku kuliah dan hidup terpisah dengan kedua orang tua serta saudaranya. Setya memulai bisnisnya dengan berjualan beras dan madu di Surabaya. Saat itu, ia berupaya untuk menjaga kelangsungan hidup di kota orang agar bisa terus kuliah dan menjadi orang sukses seperti yang ia citakan. Tak hanya itu, Setya juga bekerja sebagai sales di sebuah dealer penjualan mobil di tengah kesibukan kuliahnya. Kepiawaiannya dalam memasarkan produk membuat pemilik dealer mempercayainya sebagai Kepala Penjualan Mobil di seluruh wilayah Indonesia Timur.
Kembali ke Jakarta, Setya yang telah meraih gelar sarjana muda melanjutkan pendidikannya di Universitas Trisakti. Namun, modal yang ia dapatkan saat bekerja di dealer mobil habis digunakan untuk membayar biaya pendaftaran kuliah. Ia pun memutar otak untuk menjalankan bisnis kembali dengan membuka kios fotokopi di dekat kampus.
Di sinilah bakat bisnis pria kelahiran 12 November 1954 dimulai. Berkat kejujuran, kerja keras serta keuletannya, Setya mulai mengembangkan bisnis yang diawali dengan perkenalannya pada ayah dari salah seorang teman. Ia diminta untuk mengembangkan bisnis SPBU di daerah Cikokol, Tangerang yang kemudian berhasil ia kembangkan dan sukses. Tak berapa lama kemudian, bersama teman-temannya ia mulai mendirikan perusahaan yang bergerak di bidang peternakan. Kesuksesan demi kesuksesan akhirnya ia raih.
Ia tak hanya mengelola perusahaan peternakan, tetapi juga mulai mengembangkan bisnis lain yang berhasil ia dapatkan dari hasil negosiasi. Tak lama berselang ia mulai membangun perusahan yang bergerak di bidang transportasi dan perdagangan. Rupanya kesuksesan demi kesuksesan berhasil ia raih berkat kegigihan dan tekadnya untuk menjadi orang sukses. Sampai kini, banyak perusahaan yang berhasil ia bangun dan kembangkan. Tentunya dengan berbagai jatuh bangun, ia lebih memilih untuk bangun dan memulai kembali.
Berhasil menjadi pengusaha sukses membuat ayah dari empat anak ini ingin mencoba terjun pada dunia lain. Akhirnya dunia politik yang ia pilih. Bermula dengan membuat buku tentang mantan presiden Soeharto saat itu, ia bersama teman-temannya menerbitkan buku berjudul "Manajemen Soeharto". Namun, buku tersebut dilarang beredar pasca bentrokan Mei 1997.
Merasa tertarik dengan dunia politik, Setya mulai bergabung dengan Organisasi Bahumas Kosgoro dan PPK Kosgoro 1957, menjadi anggota Partai Golkar, aktif di kepengurusan KONI serta organisasi kemasyarakatan lainnya. Kini, Setya tak hanya menjadi pengusaha sukses, karena kiprahnya di dunia politik pun kian teruji ketika ia berturut-turut menjadi anggota DPR-RI selama tiga periode.
Oleh: Atiqoh Hasan
PENDIDIKAN
- Universitas Trisakti Jakarta, Fakultas Ekonomi, Jurusan Akuntansi Management (1983)
- Universitas Widyamandala Surabaya, Fakultas EkonomiJurusan Akuntansi (1979)
- SMA Negeri 9, Jakarta (1970 - 1973)
- SMP Negeri 73 Tebet, Jakarta (1967 - 1970)
- SD Negeri 5, Bandung
- TK Dewi Sartika, Bandung
KARIR
- PT. Nagoya Plaza Hotel, Batam-Presiden Komisaris (1987 - 2004)
- PT. Dwisetia Indo Lestari, Batam-Komisaris (1987 - 2004)
- PT. Bukit Granit Mining Mandiri, Batam-Komisaris (1990 - 2004)
- PT. Orienta Sari Mahkota-Komisaris (1992 - 2003)
- PT. Menara Wenang, Jakarta-Komisaris (1992 - 2003)
- PT. Solusindo Mitra Sejati, Jakarta-Komisaris (1992 - 1996)
- PT. Dwimarunda Makmur, Jakarta-Direktur (1992 - 2000)
- PT. Bogamakmur Arthawijaya, Jakarta-Komisaris (1996 - sekarang)
- Founder Tee Box Cafe, Jakarta (1996 - sekarang)
- NOVA GROUP, Jakarta- Presiden Komisaris (1998 - 2004)
- PT. Mulia Intan Lestari, Jakarta-Presiden Direktur (1999 - 2000)
- Anggota DPR-RI dari Partai Golkar (1999 - 2004, 2004 - 2009, 2009 - 2014)
- Ketua Fraksi Partai Golkar (2009 - sekarang)
0 komentar:
Post a Comment