Miris, Banyak pelajar-mahasiswa Yogya, kena HIV/AIDS dan hamil duluan

Posted by

Yogyakarta, selain terkenal sebagai kota gudeg juga jamak disebut kota pelajar. lembaga pendidikan di sana berlimpah. Pelajarnya pun tidak cuma dari sekitaran Yogya, tetapi berasal dari berbagai kota dan daerah.

Selain itu tidak sulit menemukan wadah diskusi di Yogyakarta. Iklim pendidikan memang mendukung. Misalnya soal buku bacaan, pelajar tidak sulit mencari buku-buku berkualitas dengan harga terjangkau.

Namun di balik sebutan kota pelajar ini, muncul sejumlah fakta miris perilaku pelajar. Tidak sedikit mereka yang hidup dalam pergaulan bebas mengidap HIV/AIDS hingga hamil di luar nikah.

Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) membeberkan jumlah ODHA (orang dengan HIV dan AIDS) di Yogyakarta dari tahun 1993 sampai 2015 mencapai angka 3.146. Dari angka tersebut, yang sudah masuk fase AIDS sebanyak 1.249. 214 di antaranya adalah mahasiswa. Data ini diungkapkan KPA di Desember 2015.

Dari data tersebut dari tahun ke tahun penambahan ODHA cenderung meningkat. Hanya saja dari tahun 2015 jumlah penambahan ODHA berkurang dari tahun sebelumnya. Pada tahun 2014 penambahan ODHA mencapai 532, pada tahun 2015 jumlah penambahan ODHA menurun menjadi 311.

"Penurunan ini menunjukkan jika kita sudah bisa mengendalikan penambahan ODHA. Tentunya ini juga peran dari masyarakat juga, yang semakin memiliki pemahaman pencegahan," kata Sekretaris KPA Riswanto kepada wartawan, Yogyakarta, Selasa (1/12).

Dari rentang usia, ODHA yang paling banyak yaitu usia 20-29 tahun sebanyak 965. Sementara dari jenis pekerjaan ODHA didominasi dari kalangan Wiraswasta yaitu 601.

Terbaru, Dinas Kesehatan DIY mencatat ada 1.078 remaja usia sekolah di Yogyakarta yang melakukan persalinan. Dari jumlah itu, 976 di antaranya hamil di luar pernikahan. Data ini merupakan rangkuman sepanjang tahun 2015.

Angka kehamilan di luar nikah merata di lima kabupaten kota di Yogya. Di Bantul ada 276 kasus, Kota Yogyakarta ada 228 kasus, Sleman ada 219 kasus, Gunungkidul ada 148 kasus, dan Kulon Progo ada 105 kasus.

Koordinator Penelitian dan Diseminasi Data Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) DIY, Aprilia Ike Nurwijayanti prihatin dengan tingginya angka kehamilan di luar nikah. Angka ini berbanding lurus dengan data dispensasi nikah usia 16-18 tahun di Pengadilan Agama yang cukup tinggi mencapai 37 selama 2015.

"Kalau data PKBI DIY, kehamilan di luar nikah usia pelajar yang melakukan konseling sebanyak 331 kasus sampai November. Itu belum termasuk yang tidak terdata," kata Aprilia saat dihubungi merdeka.com, Kamis (27/1).

Dalam pandangannya, tingginya tingkat kehamilan pelajar di Yogya dipengaruhi kurangnya informasi reproduksi bagi remaja. "Seharusnya mereka sudah dibekali pada usia seperti itu. Tapi faktanya mereka belum semua paham kesehatan reproduksi seperti apa," terangnya.

Faktor lain, kurangnya insiatif orang tua mengedukasi anak-anak tentang kesehatan reproduksi. Alasannya, masih dianggap tabu.

"Kami sendiri sudah buat materi untuk mengedukasi anak usia pelajar. Materi ini kami susun dengan guru-guru dan juga siswa-siswi. Kamis sudah bagikan itu untuk jadi semacam pengetahuan awal untuk mereka," ucapnya.

Rektor Universitas Negeri Yogyakarta Rochmat Wahab prihatin dengan kondisi ini. Menurutnya hal tersebut menjadi ironi mengingat Yogyakarta menyadang gelar sebagai kota pelajar.

"Memang di erat IT cukup memprihatinkan, anak-anak bebas mengakses informasi lewat internet, tidak terbatas negatif, dampaknya seperti ini," katanya saat ditemui wartawan di UNY, Kamis (28/1).

Dia pun membandingkan proteksi informasi di Indonesia dengan China. Empat tahun lalu ketika berkunjung di China kondisinya mirip seperti yang terjadi di Yogyakarta. Angka hamil diluar nikah tinggi akibat maraknya seks bebas.

"Tahun lalu saya ke sana, kondisinya sudah berubah. Konten porno di internet hilang, kawasan pendidikan bebas diskotek, karaoke dan prostitusi, kita harus contoh," ungkapnya.


Blog, Updated at: 20:24

0 komentar:

Post a Comment

Arcieve

Powered by Blogger.