Ironis, Sampah dan Limbah Dibuat Jadi Bahan Konsumsi di Indonesia.!!!
Hingga saat ini pelaku masih menjalani pemeriksaan di Polsek setempat. Bahkan, pelaku menggunakan gelas bekas untuk wadah es teh tersebut.
Peristiwa mengerikan di balik makanan dan minuman ini sering terjadi di tanah air. Beberapa waktu lalu terungkap beberapa peristiwa menggegerkan mengenai hal serupa.
Saking banyaknya fakta tentang makanan yang terbuat dari hal-hal yang mengerikan. Sebab, mendengar makanan yang terbuat dari formalin saja sudah terdengar biasa bagi masyarakat.
kami akan mencoba mengulas makanan dan minuman di Indonesia yang dibuat dari sampah dan limbah. Berikut rangkumannya:
1.
Chicken Nugget pakai ayam tiren
Ayam yang telah mati seharusnya telah
berada di tempat pembuangan sampah. Tetapi tidak buat sebagian pedagang
curang. Mereka malah mengambil ayam tiren untuk kembali dijual. Pembeli
ayam tiren justru mengetahui bahw ayam yang mereka beli secara murah itu
tak dapat dikonsumsi.Akhir tahun 2015 lalu, Aparat Polsek Cakung menggeledah dua gudang penyimpanan ayam tiren (ayam bangkai) di Jalan Rawa Sumur, Kawasan Industri Pulogadung (KIP) Jakarta Timur.
Bahkan, ditemukan belatung di kantong plastik berisi jeroan ayam di gudang tersebut. Saat digeledah, dua gudang ayam tiren itu mengeluarkan aroma busuk yang menyengat. Di salah satu gudang, air limbah bekas ayam mengeluarkan bau busuk.
2.
Saos dari pepaya busuk
Saos merupakan salah satu penambaha
selera makan bagi masyarakat Indonesia. Makanan yang ditambah saos
biasanya dapat mampu menggugah selera karena dapat menambah kenikmatan
saat menyantap makanan. Tapi, perlu disadari bahwa saos yang biasanya
digunakan oleh para pedagang kaki lima terbuat dari campuran buah pepaya
yang telah membusuk.Ditemukannya saos dari buah pepaya busuk itu pernah terjadi di sebuah pabrik saus sambal di Jl Cicukang, Kelurahan Caringin, Kecamatan Bandung Kulon, Kota Bandung. Selain menggunakan pepaya busuk, gudang tersebut juga menggunakan bahan esens rasa tomat dan cairan kimia ekstrak cabai. Cara pembuatan saus dan sambal tersebut yakni dengan mencampur semua bahan dalam satu drum kemudian dilaruti air panas sebanyak 30 liter.
Saos berbahaya tersebut telah beredar di pasar-pasar Kota Bandung. Pabrik ini sudah beroperasi selama 14 tahun. Dalam sehari, pabrik rumahan tersebut bisa membuat sambal dan saus palsu hingga 200 ton dengan keuntungan mencapai Rp 100 juta per harinya.
3.
Es Teh di Monas dibuat dari air saluran
Satpol PP Jakarta
Pusat mengungkap kecurangan pedagang minuman di kawasan Monas, Jakarta
Pusat. Pedagang itu menjual minuman pakai air tetesan rel kereta api.Tentu saja sangat kotor dan tidak higienis. Tak hanya itu, gelas bekas juga dipakai.
"Bukan hanya airnya, gelasnya juga sisa- sisa pemulung," kata Kasatpol PP Jakarta Pusat Iyan Sophian Hadi, Jumat (11/3).
Iyan pun mengimbau masyarakat untuk tidak membeli atau berhati-hati jika ingin belanja di kawasan Monas. "Kita sarankan masyarakat tidak membeli," ucapnya.
Sebelumnya, masyarakat harus waspada jika ingin beli minuman di kawasan Monas, Jakarta Pusat. Ternyata para penjual berbuat curang dengan menggunakan air mentah atau kotor untuk membuat minuman itu.
Satuan Polisi Pamong Praja Jakarta Pusat pun langsung menindak lapak PKL yang berada di bawah rel kereta di sekitar Masjid Istiqlal. Hal ini menindaklanjuti informasi masyarakat keberadaan PKL yang kerap menampung air tetesan dari rel kereta dan digunakan untuk membuat minuman.
"Lapaknya langsung diangkut, jadi mereka jual minuman tapi bahan airnya tetesan air dari atas rel kereta, itu kotor sekali," ujar Kasatpol PP Jakarta Pusat Iyan Sophian Hadi.
Fakta-fakta mengerikan es teh campur limbah di Monas
Satuan Polisi Pamong Praja Jakarta Pusat menindak penjual minuman di Monas, Jakarta Pusat, yang berbuat curang. Penjual diketahui menggunakan air mentah atau kotor untuk membuat minuman.
Para pedagang membuka lapak PKL berada di bawah rel kereta sekitar Masjid Istiqlal. Kawasan rel kereta di sekitar Masjid Istiqlal memang kerap digunakan PKL sebagai pintu masuk ke kawasan Monas.
Petugas langsung bertindak mengangkut seluruh lapak PKL dan alat penyaring air. Petugas sendiri ditugaskan untuk berjaga di sisi Jalan Perwira agar mereka tidak bisa melintas masuk ke kawasan Monas.
"Bahan baku airnya itu sangat berbahaya karena bukan air bersih, masyarakat bisa rawan terjangkit penyakit nantinya," kata Kasatpol PP Jakarta Pusat Iyan Sophian Hadi, Jumat (11/3).
Berikut fakta-fakta mengerikannya:
1.
Gelas yang dipakai sisa pemulung
Satpol PP Jakarta
Pusat mengungkap kecurangan pedagang minuman di kawasan Monas, Jakarta
Pusat. Pedagang itu menjual minuman pakai air tetesan rel kereta api.Tentu saja sangat kotor dan tidak higienis. Tak hanya itu, gelas bekas juga dipakai.
"Bukan hanya airnya, gelasnya juga sisa-sisa pemulung," kata Kasatpol PP Jakarta Pusat Iyan Sophian Hadi, Jumat (11/3).
Iyan pun mengimbau masyarakat untuk tidak membeli atau berhati-hati jika ingin belanja di kawasan Monas. "Kita sarankan masyarakat tidak membeli," ucapnya.
2.
Air limbah dimasukkan ke jeriken kotor
Satpol PP Jakarta
Pusat menangkap Hengky, seorang pedagang es teh yang proses
pembuatannya dicampur air limbah dari Stasiun gambir. Warga Johar Baru
itu itu menggunakan limbah mengalir dari pipa paralon yang merupakan
drainase rel kereta.Sebelum disajikan di gelas plastik yang diberi es batu, pedagang menuangkan teh yang telah dilarutkan di dalam jeriken ukuran sedang.
"Jerikennya juga kalau kita lihat enggak layak buat simpen minuman, kotor. Baru kemudian dicampur dengan air limbah tadi," kata Kasatgas Pol PP Kecamatan Gambir, Harry Apriyanto, kepada merdeka.com, Jumat (11/3).
3.
Penjual disuruh minum enggak mau
Petugas Satpol PP menangkap pedagang es teh di kawasan Jl Veteran, Jakarta Pusat, pada Kamis kemarin. Pedagang yang belum diketahui identitasnya itu menjual es teh dengan campuran air limbah.Saat ditangkap petugas, pedagang tersebut sempat berdalih dagangan es teh tersebut bukan miliknya.
"Dia sempat bilang bukan punya saya pak," kata Kasatpol PP Jakarta Pusat, Iyan Sophian Hadi, kepada merdeka.com, Jumat (11/3).
Tapi anak buahnya tak mudah percaya. Mereka meminta pedagang tersebut mau meminum teh dagangannya jika bahan baku yang digunakan bukan dari air limbah.
"Kita bilang, kalau enggak ada apa-apa, lo cicip pun, mau enggak? Tapi dia enggak mau. Logikanya kalau bersih pasti dia mau," tambahnya.
Dari tampilannya, es teh itu memang tak mencurigakan. Si pedagang menjual es teh seharga Rp 5000 per gelas.
0 komentar:
Post a Comment